Rabu, 20 Juni 2012

Proposal Saya


PROPOSAL
PERUSAHAAN

                  
Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja atau tempat menaruh barang di permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak, contoh lemari pakaian,
lemari buku dll. Furniture dapat terbuat dari kayu, bambu, logam, plastik dan lain sebagainya. Furniture sebagai produk artistik biasanya terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan tekstur indah yang dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang halus.

Terkait dengan pasar domestik, satu diantara sentra industri furniture adalah Kota Tangerang. Industri kecil furniture relatif cukup banyak, terutama memproduksi furniture untuk keperluan masyarakat Tangerang dan sekitarnya. Jumlah unit usaha dalam kategori usaha mikro, kecil dan menengah untuk semua jenis furniture usaha adalah 71 buah.
Usaha furniture lokal ini perlu diupayakan pengembangannya, tidak saja agar kebutuhan lokal dapat terpenuhi, tetapi juga guna meningkatkan daya serap tenaga kerja terampil dan meningkatkan daya saing mereka dalam  menghadapi masuknya produk impor (China dan Vietnam). Untuk lebih mengetahui tentang industri furniture maka pada penyusunan pola pembiayaan usaha kecil dipilih usaha furniture. Guna memelihara kelangsungan usaha dan peningkatan volume penjualan, industri kecil furniture memerlukan dukungan kelangsungan pengadaan bahan baku dan modal usaha, konsumen dan kemudahan akes perbankan. Sehubungan dengan perbankan, maka dukungan yang diharapkan adalah kemudahan akses kredit. Jenis kredit yang dibutuhkan adalah kredit untuk modal kerja dan investasi. Modal kerja terutama diperlukan untuk pengadaan bahan baku dan upah pekerja. Sedangkan modal investasi umumnya diperlukan untuk penyediaan tempat usaha dan peralatan baru.


VISI & MISI
Visi
Menjadi perusahaan yg memproduksi Mebel  Jati yang lebih unggul dan berkualitas dan senantiasa mampu bersaindan tumbuh berkembang dngan sehat.
Misi
1.      Menjalankan kegiatan produksi dengan standar etika yang tinggi dengan sepenuh hati dan berintegritas tinngi.
2.      Memenuhi kebutuhan pelanggan dengan menyediakan produk yang bermutu dan berkualitas tinggi.
3.      Menyediakan sarana berkarya untuk para karyawan dalam suasana kerja yang profesional, sejahtera dan secaraindividu bermartabat.
4.      Berkerjadengan penuh tangung jawab terhadapmasyarakat dan lingkungan tempat berusa.
5.      Menyediakan hasil usaha dan keuntungan yang layak serta berkelanjutan kepada para pemegang saham perusahaan.

ARTRI LOGO PERUSAHAAN ALPHA JEPARA FURNITURE




Segi Tiga Alpha : Melambangkan Membuat hubungan yang tak pernah putus antara    Pengusaha > pekerja > konsumennya.
Warna Hijau dalam Segi Tiga : Melambangkan perusahaan ini akan memberikan pelayanan yang terbaik dan bisa membuat konsumen menjadi merasa di istimewakan dan terpuaskan, sehingga konsumen senang  untuk datang kembali.
Lambang J putih dan F hitam : Merupakan gambaran tentang visi-misi bersama yang bs menyatu antara satu sama lain agar mencapai tujuan bersama.

                                                          Lokasi Usaha

            Kelangsungan usaha industri furniture kayu salah satunya dipengaruhi oleh referensi konsumen. Kedekatan dengan konsumen akan memudahkan pemasaran terhadap produk yang bersangkutan. Sebagaimana perkembangan industri furniture kayu di Kota Tenggerang yang didukung oleh kedekatan lokasi dengan konsumen. Hal ini mengingat pertumbuhan penduduk Kota Tangerang dan sekitarnya yang terus bertambah, seiring dengan perkembangan perumahan baru di kawasan tersebut. Pertumbuhan tersebut menjadi pemacu meningkatnya kebutuhan akan produk furniture kayu, khususnya kayu jati dan mahoni.

            Sedangkan akses bahan baku dijembatasni melalui pemasok. Pemasok bahan baku, biasanya dipenuhi oleh pedagang kayu di Pulo Gadung – Jakarta. Pengadaan bahan baku kayu relatif lancar karena dukungan ketersediaan infrastruktur yang baik dan frekuensi pengadaan yang cukup satu bulan sekali.

            Dalam konteks lokasi, kelangsungan usaha industri furniture kayu di Kota Tangerang lebih ditentukan oleh kedekatan dan kemudahan konsumen untuk mengakses produk, dari pada kedekatan bahan baku. Lokasi unit-unit usaha yang berada di Kota Tangerang adalah salah satu bukti kelangsungan usaha furniture kayu yang berlokasi relatif jauh dari lokasi pemasok bahan baku kayu. Oleh karena itu pilihan lokasi usaha, terutama lokasi pemasaran yang sering menyatu dengan lokasi produksi, hendaknya mempertimbangkan kemudahan akses dengan konsumen. Faktor selanjutnya yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan dan penetapan lokasi usaha adalah kedekatan dengan domisili pekerja. Ini mengingat, usaha furniture kayu memerlukan cukup banyak pekerja produksi (harian/borongan), terutama ketika pesanan sedang banyak-banyaknya. Tenaga kerja jenis ini banyak tersedia di sekitar lokasi industri. Sementara, kedekatan dengan bahan pembantu atau pendukung tidak terlalu kritikal, karena bahan pendukung mudah diperoleh di kota-kota besar seperti halnya Kota Tangerang.



Pendanaan Perusahaan

Penyaluran kredit oleh pihak perbankan yaitu Bank Mandiri di Kota Tangerang untuk usaha furniture Jati Jepara, kredit diberikan kepada unit usaha yang telah berjalan agar lebih berkembang atau untuk perluasan skala usaha. Jenis kredit yang disalurkan merupakan Kredit Modal Kerja (KMK) dengan plafon kredit yang sebesar Rp 700.000.000,- per debitur per seorangan dengan bunga pinjaman sebesar 13,5% per tahun dan jangka waktu pinjaman 3 tahun tanpa masa grace period. Penyaluran kredit investasi belum pernah diterapkan untuk usaha furniture kayu di Kota Tangerang, meskipun penyaluran kredit ini tetap dimungkinkan dengan jangka waktu 3 tahun dan bunga 13,5% pertahun. Khusus untuk kebutuhan investasi usaha furniture kayu, proporsi kredit investasi terhadap modal sendiri diberikan maksimum 70% dari total investasi dengan masa grace period 2-3 bulan.

Prosedur untuk memperoleh kredit dinilai cukup mudah dengan persyaratan jaminan berupa sertifikat tanah dan bangunan tempat usaha serta legalitas izin usaha. Proses penyaluran kredit sejak permohonan hingga pencairan kredit relatif cepat yaitu ±14 hari kerja. Apabila persyaratan telah dilengkapi, bank akan segera menindak lanjuti melalui peninjauan lapangan, penyusunan appraisal kredit, analisis kredit dan dilanjutkan dengan pembahasan oleh tim internal bank. Apabila disetujui dan plafon kredit masih di bawah wewenang kantor bank tersebut, maka kredit akan segera diproses dan dicairkan. Sumber pembiayaan lain berasal dari dua buah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjalankan usaha di wilayah Tangerang. Penyaluran pembiayaan dilakukan dalam bentuk program pembinaan manajemen usaha dan kredit modal kerja. Besar bunga kredit yang dikenakan oleh kedua perusahaan BUMN tersebut adalah 8% dan 6% setahun. Plafon pembiayaan relatif kecil yaitu kurang dari Rp50 juta. Pengajuan proposal pembiayaan biasanya difasilitasi oleh dinas/instansi terkait. Sejauh ini, beberapa pengusaha furniture kayu sudah memfaatkan layanan pembiayaan dari BUMN lebih dari sekali. Hal ini menunjukkan bahwa kredibilitas pengusaha dan proses usaha furniture kayu relatif bagus.


Kebutuhan Produksi

*Fasilitas Produksi

Fasilitas produksi yang diperlukan untuk usaha furniture kayu antara lain:
a. Gudang bahan baku
Bahan baku berupa kayu jati dan kayu mahoni dalam bentuk papan, balok dan kaso beragam ukuran memerlukan tempat yang terlindung dari hujan, tetapi tidak harus terutup dengan dinding.
b. Ruang produksi dengan sebagian area terbuka
Ruang produksi terdiri dari ruang pengerjaan dan ruang pewarnaan serta finishing. uang pengerjaan kayu perlu dipisahkan dengan ruang pewarnaan dan finishing, karena debu dari serbuk gergaji dapat mengganggu kualitas hasil kerja pewarnaan dan finishing. Pemisahan dapat diperoleh dengan penyekatan atau memberi jarak tertentu untuk menghindari debu.
c. Tempat penyimpanan hasil produksi
Tempat penyimpanan hasil produksi yang disiapkan dengan baik dapat berfungsi rangkap sebagai toko atau tempat memajang produk yang dapat menarik calon konsumen. Untuk satu unit usaha kecil furniture kayu yang ada di Kota Tangerang paling tidak diperlukan lahan seluas ±200 m2 sebagai tempat fasilitas-fasilitas yang disebut di atas.
*Peralatan Produksi

Peralatan yang digunakan oleh para pengusaha furniture kayu dapat dikelompokkan ke dalam peralatan mekanis dengan bantuan tenaga listrik dan peralatan manual, yaitu:

a. Peralatan mekanis dengan tenaga listrik yang digunakan antara lain adalah mesin  gergaji kayu, mesin bor kayu, mesin serut, mesin ampelas, obeng listrik dan kompresor untuk pewarnaan dan finishing politur.

b. Sedangkan peralatan manual terdiri dari gergaji manual, palu atau pukul besi, tang, tatah atau pahat, tatah ukir, pisau raut, mistar, meteran serta peralatan politur, cat, dsb. Penggunaan peralatan dalam industri ini memerlukan keterampilan serta keahlian pekerja produksi, baik dari segi pengoperasian alat maupun kemampuan membuat bentukan kayu dengan ketelitian tinggi secara manual. Sementara itu, tambahan peralatan yang diperlukan adalah untuk pengeringan kayu dan finishing selama musim hujan. Pengeringan kayu dapat dibantu dengan peralatan oven dengan bahan bakar arang atau sisa kayu dan serbuk gergaji. Sedangkan untuk pengeringan dalam pewarnaan dapat menggunakan blower yang dilengkapi dengan dryer dengan pemanasan listrik.

* Bahan Baku dan Bahan Pembantu

a. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan berbagai jenis produk furniture kayu antara lain kayu jati dan kayu mahoni. Kayu jati digunakan untuk bagian furniture yang tampak terekspose pada produk akhir, sedangkan kayu mahoni digunakan untuk bagian dalam seperti rangka bagian dalam, rak, lis penyangga rak, dan sebagainya. Bahan baku tersebut berasal dari luar daerah, baik dari Jawa maupun luar Jawa.
Pemenuhan kebutuhan bahan baku kayu dipasok oleh pedagang kayu yang berdomisili di Pulogadung. Pengusaha furniture biasanya datang langsung ke pangkalan kayu di Pulogadung untuk membeli kayu dengan memilih kayu gelondongan. Kayu kemudian dipotong-potong sesuai kebutuhan dalam bentuk papan, balok dan kaso. Bahan ini selanjutnya, dibentuk dengan pola-pola sesuai kebutuhan, menurut disain tiap jenis produk. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, biasanya pengusaha melakukan pembelian bahan baku setiap 30 hari atau sebulan sekali, kecuali untuk memenuhi pesanan. Harga pembelian sudah termasuk ongkos potong kayu dan pembayaran dilakukan secara tunai.

b. Bahan Pelengkap dan Pembantu
Bahan pelengkap yang digunakan dalam pembuatan berbagai macam jenis furniture kayu antara lain: kaca, cermin, kunci, engsel, tarikan pintu, bahan jok, asesoris dan sebagainya.
Sedangkan bahan pembantu yang digunakan terdiri dari paku, sekrup, ampelas, dempul, bahan melamin, thiner, spiritus, bahan politur seperti sirlak dan pewarna, lem serta cat.

*Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha furniture kayu terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah pekerja produksi yang memiliki keahlian dalam kategori tukang kayu, tukang politur untuk pekerjaan finishing, serta tukang amplas. Sedangkan tenaga manajemen, administrasi dan penjualan serta sopir sebagai kelompok tenaga kerja tidak langsung. Pada lokasi penelitian diperoleh informasi bahwa umumnya pengusaha furniture kayu bersama tenaga kerjanya menerapkan 7–8 jam kerja per hari. Pada saat permintaan pesanan meningkat pengusaha furniture kayu dapat menambah tenaga kerja produksi.
Penambahan ini relatif mudah diusahakan baik karena tersedianya tenaga kerja dan sistem pengupahan yang dilakukan secara harian atau borongan. Penambahan tenaga kerja diperhitungan atas dasar jumlah jam kerja atau jumlah hari kerja untuk dijadikan sebagai patokan dalam menghitung jumlah tenaga kerja terampil yang dibutuhkan guna menyelesaikan seluruh produk yang akan diproduksi. Permintaan produk biasanya meningkat pada saat menjelang lebaran. Tingkat keterampilan tenaga kerja sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, kreatifitas perancang dan keahlian pekerja merupakan aset penting bagi kelangsungan usaha furniture kayu, mengingat produk yang diproduksi lebih mengedepankan nilai seni.

*Teknologi

Teknologi produksi dalam usaha furniture kayu merupakan gabungan antara teknologi sederhana dengan teknologi semi modern. Teknologi sederhana terlihat dari penggunaan peralatan yang dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia. Teknologi semi modern tercermin dalam penggunaan peralatan yang digerakkan dengan mesin listrik, meskipun masih dalam kendali pekerja bukan komputer.
Pekerjaan dalam industri ini mengandalkan gabungan antara keterampilan tangan pekerja baik dalam menggunakan peralatan sederhana/manual maupun dalam pengoperasikan peralatan semi modern. Dengan demikian tingkat keahlihan tenaga kerja menjadi faktor yang kritikal untuk menghasilkan produk furniture yang berkualitas baik.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008 - layout4all