PROPOSAL
PERUSAHAAN
Furniture adalah
istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat
penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam
bentuk meja atau tempat menaruh barang di permukaannya. Misalnya furniture sebagai
tempat penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak, contoh lemari
pakaian,
lemari buku dll.
Furniture dapat terbuat dari kayu, bambu, logam, plastik dan lain sebagainya.
Furniture sebagai produk artistik biasanya terbuat dari kayu pilihan dengan
warna dan tekstur indah yang dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang halus.
Terkait dengan
pasar domestik, satu diantara sentra industri furniture adalah Kota Tangerang.
Industri kecil furniture relatif cukup banyak, terutama memproduksi furniture
untuk keperluan masyarakat Tangerang dan sekitarnya. Jumlah unit usaha dalam
kategori usaha mikro, kecil dan menengah untuk semua jenis furniture usaha
adalah 71 buah.
Usaha furniture
lokal ini perlu diupayakan pengembangannya, tidak saja agar kebutuhan lokal
dapat terpenuhi, tetapi juga guna meningkatkan daya serap tenaga kerja terampil
dan meningkatkan daya saing mereka dalam
menghadapi masuknya produk impor (China dan Vietnam). Untuk lebih
mengetahui tentang industri furniture maka pada penyusunan pola pembiayaan
usaha kecil dipilih usaha furniture. Guna memelihara kelangsungan usaha dan
peningkatan volume penjualan, industri kecil furniture memerlukan dukungan
kelangsungan pengadaan bahan baku dan modal usaha, konsumen dan kemudahan akes
perbankan. Sehubungan dengan perbankan, maka dukungan yang diharapkan adalah
kemudahan akses kredit. Jenis kredit yang dibutuhkan adalah kredit untuk modal
kerja dan investasi. Modal kerja terutama diperlukan untuk pengadaan bahan baku
dan upah pekerja. Sedangkan modal investasi umumnya diperlukan untuk penyediaan
tempat usaha dan peralatan baru.
VISI & MISI
Visi
Menjadi
perusahaan yg memproduksi Mebel Jati
yang lebih unggul dan berkualitas dan senantiasa mampu bersaindan tumbuh
berkembang dngan sehat.
Misi
1.
Menjalankan kegiatan produksi dengan
standar etika yang tinggi dengan sepenuh hati dan berintegritas tinngi.
2.
Memenuhi kebutuhan pelanggan dengan
menyediakan produk yang bermutu dan berkualitas tinggi.
3.
Menyediakan sarana berkarya untuk para
karyawan dalam suasana kerja yang profesional, sejahtera dan secaraindividu
bermartabat.
4.
Berkerjadengan penuh tangung jawab
terhadapmasyarakat dan lingkungan tempat berusa.
5.
Menyediakan hasil usaha dan keuntungan
yang layak serta berkelanjutan kepada para pemegang saham perusahaan.
ARTRI
LOGO PERUSAHAAN ALPHA JEPARA FURNITURE
Segi Tiga Alpha :
Melambangkan Membuat hubungan yang tak pernah putus antara Pengusaha > pekerja > konsumennya.
Warna Hijau dalam Segi
Tiga : Melambangkan perusahaan ini akan memberikan pelayanan yang terbaik dan bisa
membuat konsumen menjadi merasa di istimewakan dan terpuaskan, sehingga
konsumen senang untuk datang kembali.
Lambang J putih dan F
hitam : Merupakan gambaran tentang visi-misi bersama yang bs menyatu antara
satu sama lain agar mencapai tujuan bersama.
Lokasi Usaha
Kelangsungan
usaha industri furniture kayu salah satunya dipengaruhi oleh referensi
konsumen. Kedekatan dengan konsumen akan memudahkan pemasaran terhadap produk
yang bersangkutan. Sebagaimana perkembangan industri furniture kayu di Kota
Tenggerang yang didukung oleh kedekatan lokasi dengan konsumen. Hal ini
mengingat pertumbuhan penduduk Kota Tangerang dan sekitarnya yang terus
bertambah, seiring dengan perkembangan perumahan baru di kawasan tersebut.
Pertumbuhan tersebut menjadi pemacu meningkatnya kebutuhan akan produk
furniture kayu, khususnya kayu jati dan mahoni.
Sedangkan
akses bahan baku dijembatasni melalui pemasok. Pemasok bahan baku, biasanya
dipenuhi oleh pedagang kayu di Pulo Gadung – Jakarta. Pengadaan bahan baku kayu
relatif lancar karena dukungan ketersediaan infrastruktur yang baik dan
frekuensi pengadaan yang cukup satu bulan sekali.
Dalam
konteks lokasi, kelangsungan usaha industri furniture kayu di Kota Tangerang
lebih ditentukan oleh kedekatan dan kemudahan konsumen untuk mengakses produk,
dari pada kedekatan bahan baku. Lokasi unit-unit usaha yang berada di Kota
Tangerang adalah salah satu bukti kelangsungan usaha furniture kayu yang
berlokasi relatif jauh dari lokasi pemasok bahan baku kayu. Oleh karena itu
pilihan lokasi usaha, terutama lokasi pemasaran yang sering menyatu dengan
lokasi produksi, hendaknya mempertimbangkan kemudahan akses dengan konsumen.
Faktor selanjutnya yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan dan penetapan
lokasi usaha adalah kedekatan dengan domisili pekerja. Ini mengingat, usaha
furniture kayu memerlukan cukup banyak pekerja produksi (harian/borongan),
terutama ketika pesanan sedang banyak-banyaknya. Tenaga kerja jenis ini banyak
tersedia di sekitar lokasi industri. Sementara, kedekatan dengan bahan pembantu
atau pendukung tidak terlalu kritikal, karena bahan pendukung mudah diperoleh
di kota-kota besar seperti halnya Kota Tangerang.
Pendanaan
Perusahaan
Penyaluran
kredit oleh pihak perbankan yaitu Bank Mandiri di Kota Tangerang untuk usaha furniture
Jati Jepara, kredit diberikan kepada unit usaha yang telah berjalan agar lebih
berkembang atau untuk perluasan skala usaha. Jenis kredit yang disalurkan
merupakan Kredit Modal Kerja (KMK) dengan plafon kredit yang sebesar Rp
700.000.000,- per debitur per seorangan dengan bunga pinjaman sebesar 13,5% per
tahun dan jangka waktu pinjaman 3 tahun tanpa masa grace period. Penyaluran
kredit investasi belum pernah diterapkan untuk usaha furniture kayu di Kota
Tangerang, meskipun penyaluran kredit ini tetap dimungkinkan dengan jangka
waktu 3 tahun dan bunga 13,5% pertahun. Khusus untuk kebutuhan investasi usaha
furniture kayu, proporsi kredit investasi terhadap modal sendiri diberikan
maksimum 70% dari total investasi dengan masa grace period 2-3 bulan.
Prosedur
untuk memperoleh kredit dinilai cukup mudah dengan persyaratan jaminan berupa
sertifikat tanah dan bangunan tempat usaha serta legalitas izin usaha. Proses
penyaluran kredit sejak permohonan hingga pencairan kredit relatif cepat yaitu
±14 hari kerja. Apabila persyaratan telah dilengkapi, bank akan segera menindak
lanjuti melalui peninjauan lapangan, penyusunan appraisal kredit, analisis kredit
dan dilanjutkan dengan pembahasan oleh tim internal bank. Apabila disetujui dan
plafon kredit masih di bawah wewenang kantor bank tersebut, maka kredit akan
segera diproses dan dicairkan. Sumber pembiayaan lain berasal dari dua buah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjalankan usaha di wilayah Tangerang.
Penyaluran pembiayaan dilakukan dalam bentuk program pembinaan manajemen usaha
dan kredit modal kerja. Besar bunga kredit yang dikenakan oleh kedua perusahaan
BUMN tersebut adalah 8% dan 6% setahun. Plafon pembiayaan relatif kecil yaitu
kurang dari Rp50 juta. Pengajuan proposal pembiayaan biasanya difasilitasi oleh
dinas/instansi terkait. Sejauh ini, beberapa pengusaha furniture kayu sudah
memfaatkan layanan pembiayaan dari BUMN lebih dari sekali. Hal ini menunjukkan
bahwa kredibilitas pengusaha dan proses usaha furniture kayu relatif bagus.
Kebutuhan
Produksi
*Fasilitas Produksi
Fasilitas
produksi yang diperlukan untuk usaha furniture kayu antara lain:
a. Gudang bahan baku
Bahan
baku berupa kayu jati dan kayu mahoni dalam bentuk papan, balok dan kaso
beragam ukuran memerlukan tempat yang terlindung dari hujan, tetapi tidak harus
terutup dengan dinding.
b. Ruang produksi dengan sebagian area terbuka
Ruang
produksi terdiri dari ruang pengerjaan dan ruang pewarnaan serta finishing.
uang pengerjaan kayu perlu dipisahkan dengan ruang pewarnaan dan finishing,
karena debu dari serbuk gergaji dapat mengganggu kualitas hasil kerja pewarnaan
dan finishing. Pemisahan dapat diperoleh dengan penyekatan atau memberi jarak
tertentu untuk menghindari debu.
c. Tempat penyimpanan hasil produksi
Tempat
penyimpanan hasil produksi yang disiapkan dengan baik dapat berfungsi rangkap sebagai
toko atau tempat memajang produk yang dapat menarik calon konsumen. Untuk satu
unit usaha kecil furniture kayu yang ada di Kota Tangerang paling tidak diperlukan
lahan seluas ±200 m2 sebagai tempat fasilitas-fasilitas yang disebut di atas.
*Peralatan Produksi
Peralatan
yang digunakan oleh para pengusaha furniture kayu dapat dikelompokkan ke dalam
peralatan mekanis dengan bantuan tenaga listrik dan peralatan manual, yaitu:
a. Peralatan mekanis dengan tenaga listrik yang digunakan antara lain adalah
mesin gergaji kayu, mesin bor kayu,
mesin serut, mesin ampelas, obeng listrik dan kompresor untuk pewarnaan dan
finishing politur.
b. Sedangkan peralatan manual terdiri dari gergaji manual, palu atau pukul
besi, tang, tatah atau pahat, tatah ukir, pisau raut, mistar, meteran serta
peralatan politur, cat, dsb. Penggunaan peralatan dalam industri ini memerlukan
keterampilan serta keahlian pekerja produksi, baik dari segi pengoperasian alat
maupun kemampuan membuat bentukan kayu dengan ketelitian tinggi secara manual. Sementara
itu, tambahan peralatan yang diperlukan adalah untuk pengeringan kayu dan finishing
selama musim hujan. Pengeringan kayu dapat dibantu dengan peralatan oven dengan
bahan bakar arang atau sisa kayu dan serbuk gergaji. Sedangkan untuk
pengeringan dalam pewarnaan dapat menggunakan blower yang dilengkapi dengan
dryer dengan pemanasan listrik.
* Bahan Baku dan Bahan Pembantu
a. Bahan Baku
Bahan
baku yang digunakan dalam pembuatan berbagai jenis produk furniture kayu antara
lain kayu jati dan kayu mahoni. Kayu jati digunakan untuk bagian furniture yang
tampak terekspose pada produk akhir, sedangkan kayu mahoni digunakan untuk
bagian dalam seperti rangka bagian dalam, rak, lis penyangga rak, dan
sebagainya. Bahan baku tersebut berasal dari luar daerah, baik dari Jawa maupun
luar Jawa.
Pemenuhan
kebutuhan bahan baku kayu dipasok oleh pedagang kayu yang berdomisili di Pulogadung.
Pengusaha furniture biasanya datang langsung ke pangkalan kayu di Pulogadung untuk
membeli kayu dengan memilih kayu gelondongan. Kayu kemudian dipotong-potong
sesuai kebutuhan dalam bentuk papan, balok dan kaso. Bahan ini selanjutnya,
dibentuk dengan pola-pola sesuai kebutuhan, menurut disain tiap jenis produk. Untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku, biasanya pengusaha melakukan pembelian bahan
baku setiap 30 hari atau sebulan sekali, kecuali untuk memenuhi pesanan. Harga
pembelian sudah termasuk ongkos potong kayu dan pembayaran dilakukan secara
tunai.
b. Bahan Pelengkap dan Pembantu
Bahan
pelengkap yang digunakan dalam pembuatan berbagai macam jenis furniture kayu antara
lain: kaca, cermin, kunci, engsel, tarikan pintu, bahan jok, asesoris dan
sebagainya.
Sedangkan
bahan pembantu yang digunakan terdiri dari paku, sekrup, ampelas, dempul, bahan
melamin, thiner, spiritus, bahan politur seperti sirlak dan pewarna, lem serta
cat.
*Tenaga Kerja
Tenaga
kerja yang terlibat dalam usaha furniture kayu terdiri dari tenaga kerja
langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah pekerja
produksi yang memiliki keahlian dalam kategori tukang kayu, tukang politur
untuk pekerjaan finishing, serta tukang amplas. Sedangkan tenaga manajemen,
administrasi dan penjualan serta sopir sebagai kelompok tenaga kerja tidak
langsung. Pada lokasi penelitian diperoleh informasi bahwa umumnya pengusaha
furniture kayu bersama tenaga kerjanya menerapkan 7–8 jam kerja per hari. Pada
saat permintaan pesanan meningkat pengusaha furniture kayu dapat menambah
tenaga kerja produksi.
Penambahan
ini relatif mudah diusahakan baik karena tersedianya tenaga kerja dan sistem
pengupahan yang dilakukan secara harian atau borongan. Penambahan tenaga kerja
diperhitungan atas dasar jumlah jam kerja atau jumlah hari kerja untuk
dijadikan sebagai patokan dalam menghitung jumlah tenaga kerja terampil yang
dibutuhkan guna menyelesaikan seluruh produk yang akan diproduksi. Permintaan
produk biasanya meningkat pada saat menjelang lebaran. Tingkat keterampilan
tenaga kerja sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena
itu, kreatifitas perancang dan keahlian pekerja merupakan aset penting bagi kelangsungan
usaha furniture kayu, mengingat produk yang diproduksi lebih mengedepankan
nilai seni.
*Teknologi
Teknologi
produksi dalam usaha furniture kayu merupakan gabungan antara teknologi sederhana
dengan teknologi semi modern. Teknologi sederhana terlihat dari penggunaan peralatan
yang dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia. Teknologi semi modern
tercermin dalam penggunaan peralatan yang digerakkan dengan mesin listrik,
meskipun masih dalam kendali pekerja bukan komputer.
Pekerjaan
dalam industri ini mengandalkan gabungan antara keterampilan tangan pekerja baik
dalam menggunakan peralatan sederhana/manual maupun dalam pengoperasikan
peralatan semi modern. Dengan demikian tingkat keahlihan tenaga kerja menjadi
faktor yang kritikal untuk menghasilkan produk furniture yang berkualitas baik.