Posted by niasbaru on November 7, 2007
Gunungsitoli.
Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) baik yang menimpa anak maupun perempuan di Pulau Nias termasuk yang sangat tinggi dibanding kabupaten/kota lain di Sumatera Utara. Untuk itu kasuskasus yang menimpa anak dan perempuan perlu segera adanya penanganan secara serius oleh pemerintah maupun masyarakat sendiri.
Hal itu terungkap pada pelaksanaan workshop pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) bagi korban tindak kekerasan yang diselenggarakan atas kerja sama Pemkab Nias, Pusaka Indonesia dan Unicef. Workshop ini berlangsung selama dua hari dari tanggal 2-3 November 2007 di Laverna Gununungsitoli. Tampil sebagai narasumber pada kesempatan tersebut antara lain mantan Kabiro Pemberdayaan Perempuan Propsu, Ir. Sabrina dan Ipda SK Harefa dari Polres Nias.
Hal itu terungkap pada pelaksanaan workshop pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) bagi korban tindak kekerasan yang diselenggarakan atas kerja sama Pemkab Nias, Pusaka Indonesia dan Unicef. Workshop ini berlangsung selama dua hari dari tanggal 2-3 November 2007 di Laverna Gununungsitoli. Tampil sebagai narasumber pada kesempatan tersebut antara lain mantan Kabiro Pemberdayaan Perempuan Propsu, Ir. Sabrina dan Ipda SK Harefa dari Polres Nias.
Ir. Sabrina pada paparannya mengungkapkan, akibat peristiwa bencana gempa lalu tentu mengakibatkan banyak yang kehilangan tempat tinggal termasuk anak-anak. Kejadian ini menyebabkan kerawanan terhadap terjadinya tindak kekerasan maupun praktek trafiking atau perdagangan anak dan perempuan.
Gagasan membentuk Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) bagi korban tindak kekerasan saat ini sudah menjadi kebutuhan. Didalam lembaga PPT ini para korban yang mengalami tindak kekerasan mendapat pelayanan medis, psikologis, bantuan hukum, tempat berlindung dan kedepannya para korban perlu pengembangan kepribadian sehingga tekanan bathin korban atas yang mereka alami yang dianggap sebagai aib dapat lebih dikurangi.
Direktur Pusaka Indonesia, Edi Ikhsan, MA kepada wartawan di sela-sela kegiatan workshop menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Pemkab Nias dan Nisel di mana dalam kurun waktu 2 tahun lebih pasca bencana Pusaka Indonesia eksis di Pulau Nias dengan program kerja dalam konteks perlindungan anak dan perempuan.
Pusaka Indonesia juga tidak bekerja sendiri tetpai bekerjasama dengan lembaga internasional seperti Unicef, Save The Children, ICMC yang memebrikan dukungan financial untuk program perlindungan anak dan perempuan. Dalam kurun waktu tersebut Edi Ikhsan melihat ada kemajuan yang sangat signifikan dalam penghormatan terhadap hak azasi anak dan perempuan.
Dari data yang diperoleh kasus anak dan KDRT yang ditangani Pusaka Indonesia tercatat mencapai 87 kasus. Tingginya kasus kekerasan terhadap anak dan KDRT di Kabupaten Nias dan Nias Selatan juga disebabkan masyarakat masih belum memahami hak-hak anak dan perempuan. Menurut Edi Ikhsan selama ini masih banyak masyarakat yang tidak tahu dimana harus melaporkan bila terjadi tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan.
Cases of domestic violence (domestic violence) that afflicts both children and women on the island of Nias, including the very high compared to districts / cities in SumatraUtara.Kasus domestic violence (domestic violence) that afflicts both children and women on the island of Nias, including a very higher than the district / other city in North Sumatra. For that kasuskasus that afflicts children and women need immediate treatment of seriously by governments and society itself.
data obtained from children and domestic.
data obtained from children and domestic.
Violence cases are handled Heritage listedIndonesia reaches 87 cases. High rates of violence against children and domestic violencein Nias and South Nias regency also caused people still do not understand the rights of children and women. I think as long as there are still many people who do not know where toreport instances of violence against children and women, and unfortunately it happensbecause of lack of parent to her own child.
0 komentar:
Posting Komentar